proses umum 4 siklus pada PLTU
4
siklus pada PLTU
1.
Siklus
air
Air
laut yang digunakan dalam overall
proses diatas terlebih dahulu disedot oleh desillination
water pump. Selanjutnya disaring dengan menggunakan screen bar agar sampah
tidak masuk kedalam proses. Setelah melalui screen
bar, air laut tersebut disaring
kembali pada travelling band screen dan
debris filter agar debris atau sampah kayu yang terikut
dapat dipisahkan sehingga proses pendinginan air kondensate di condenser berjalan dengan optimal.
Air
laut yang berada di kondenser juga dialirkan untuk penyemprotan di dalam Flue Gas Desulfurization (FGD) untuk
mengurangi kandungan sulfur di dalam flue
gas. Pengaliran air laut ke FGD ini dilakukan oleh absorber pump. Di dalam FGD, air laut yang mulanya bersih akhirnya
mengandung sulfur. Air ini kemudian dialirkan menuju Aeration Basin untuk berikutnya dilakukan penambahan kadar oksigen
sebelum akhirnya dialirkan ke Discharge
Canal. Di discharge canal, sebelum
air benar-benar dikembalikan kelaut, terdapat dilution pump yang bertugas memompakan air laut yang masih murni,
hal ini bertujuan agar suhu di discharge
canal menjadi normal kembali.
Selain
digunakan untuk pendinginan, air juga mengalami water treatment dimana air laut
difilter dan dibersihkan sehingga benar-benar seperti air murni dan dijaga
kualitasnya. Air ini nantinya akan disebut sebagai feed water (air umpan) yang akan dipompakan menuju boiler. Pertama,
air masuk melalui intake yang berbeda dari intake air yang digunakan untuk
kondensor. Air akan melewati PF setelah sebelumnya melewati DMF. Setelah
melalui filter tersebut, air kemudian dipompa menggunakan SWRO Feed pump dan disaring kembali menggunakan catridge filter. Proses secara reverse osmosis, artinya air laut
difilter agar menjadi air tawar. Proses ini biasa disebut dengan Sea Water Reverse Osmosis (SWRO). Disini
air mengalami pembalik osmosis atau
yang disebut reverse osmosis. Air
dilewatkan pada membran semipermiabel yang terbuat dari polyamiteide acid. Tekanan
yang ada pada SWRO adalah 4200 Kpa. Air dinetralisir hingga
25 % dengan TDS (Total Disolve Solid
) sebesar 200 ppm, yang kemudian diteruskan ke permeate water tank dan service
water tank, dan protable tank dari water treatment tersebut, air ini akan
digunakan untuk 3 kebutuhan utama, yaitu air pada kamar mandi, air untuk boiler
dan air untuk kebutuhan lapangan PLTU.
Air yang sebelumnya telah diproses di RO
(Reverse Osmosis) di alirkan menuju CP (Condensate Polisher) dengan menggunakan
condesate pump. Air dialirkan melalui Low Preasure Feed Water Heater (LPFWH).
Awalnya air yang bersuhu 39 0C naik menjadi 92 0C. Hal
ini bertujuan agar pada saat maemasuki bolier tidak ada perubahan suhu yang
terlalu signifikan. Ada lima LPFWH yang digunakan, selanjutnya air mengalir
menuju Dearator yang berfungsi sebagai
pemisah oksigen dan gas lainnya yang tidak dibutuhkan dalam proses pembakaran,
namun masih terkandung dalam feed water.
Pada saat keluar dari dearator air
sudah bersuhu 190 0C dengan tekanan 28 Mpa.
Air yang telah bersih dan memiliki
tekanan tinggi tersebut akan mengalami proses pemanasan di High Preasure Feed
Water Heater (HPFWH) sebelum akhirnya masuk ke Economizer. Di Economizer air
telah bersuhu 289 0C yang artinya air telah berwujud menjadi uap.
Namun, setelah keluar dari economizer masih ada yang berjwud air. Gabungan dari
air dan uap selanjutnya akan masuk ke water separator. Didalam water separator
ini, air akan jatuh ke bawah untuk dipanaskan kembali di Economizer hingga
menjadi uap. Sedangkan uap dari economizer akan masuk ke Superheater pada
bagian Boiler.
2. Siklus
bahan bakar
Batu bara yang
digunakan,
semua dikumpulkan terlebih dahulu di coal
pile. Dengan menggunkan conveyor batu
bara dipindahkan menuju ke coal silo, dimana
didalam coal silo terdapat indikator
dari jumlah batu bara yang ada (dalam satuan ton) dan ketika sudah mencapai
batas maksimal, maka conveyor yang
awalnya running menjadi off. Diantara coal
silo dan pulverizer, terdapat coal feeder yang berguna untuk
menghubungkan keduanya sehingga batu bara yang berasal dari coal silo dapat masuk ke dalam pulverizer untuk dihaluskan. Dicoal feeder ini terdapat bagian yang
disebut gate valve, gate valve ini
berfungsi untuk mengatur berapa banyak batu bara yang masuk dalam satuan ton
per jam. Ketika panas yang dihasilkan diboiler masih kurang, maka coal feeder
akan menambah jumlah batu bara yang akan dibakar. Di dalam pulverizer,
penghalusan batu bara terjadi secara hati-hati agar suhunya dijaga supaya tidak
terjadi gesekan yang dapat menyebabkan batu bara terbakar sebelum masuk ke
burner. Setelah dihaluskan, batu bara tersebut akan dikirim ke boiler dengan
bantuan Primary Air Fan (PAF) melalui 4 buah pipa outlet menuju ke boiler.
Namun sebelum digunakan oleh boiler untuk pembakaran, 4 pipa tadi bercabang
menjadi 8 pipa. Percabangan ini dimaksudkan untuk meningkatkan effisiensi dari
penyebaran batubara guna menghasilkan pembakaran yang lebih berkualitas.
Pada
aliran flow diatas, terdapat Forced Draft
Fan (FDF) yang berguna untuk menambah tekanan pada boiler dengan cara
menambah udara didalamnya. Udara yang ditambahkan tersebut sebelumnya dialirkan
terlebih dahulu menuju Air Heater (AH),
agar diperoleh udara bakar dengan temperatur yang sesuai untuk mempercepat
proses pembakaran ketika masa start-up, boiler melakukan pembakaran dengan
menggunakan oil (solar) yang berasal dari No.2
Fuel Oil Tank. Setelah massa start-up selesai, barulah batu bara yang telah
dihaluskan pada pulverizer dikirim
oleh PAF untuk masuk kedalam boiler. Didalam boiler, saat proses pembakaran
terjadi, maka dihasilkan 2 buah bola api sehingga pemanasan didaerah boiler
lebih efisien dan lebih cepat terjadi.
3. Siklus gas
buang
Uap kering yang berasal dari economizer kemudian menuju ke superheater. Didalam superheater terjadi
pemanasan utama yang dihasilkan dari pembakaran batu bara. Setelah melalui
superheater, uap air memiliki kisaran suhu dan tekanan sebesar 541,3 0C
dan 24,07 Mpa. Dengan tekanan tinggi tersebut uap dialirkan menuju High Preassure (HP) turbin yang
mengakibatkan terjadinya penurunan suhu dan penurunan tekanan pada uap sehingga
uap air yang melalui HP turbin hanya bersuhu 305,6 0C dengan tekanan
4,65Mpa. Energi pada uap tersebut digunakan untuk menggerakkan baling-baling
yang ada pada turbin untuk diubah menjadi energi mekanik yang nantinya dapat
menggerakkan rotor pada generator. Uap yang keluar dari HP turbin kemudian
dialirkan kembali menuju reheater (RH) yang
ada di boiler untuk dipanaskan kembali dan diteruskan kembali ke Intermediet Preassure (IP) turbin. Pada reheater, tekanan uap yang
masuk dibuat tetap sehingga hanya terjadi perubahan suhu saja didalam reheater.
Setelah melalui IP turbin, ada sebagian
uap yang kembali dipanaskan di reheater dan
ada sebagian uap yang dialirkan menuju Low
Preassure (LP) turbin. Seperti halnya
yang terjadi pada HP dan IP turbin, uap yang masuk akan mengalami penurunan
suhu, penurunan tekanan, dan pembesaran volume. Keluaran uap dari LP turbin
yang telah mengalami banyak penurunan suhu kemudian dialirkan ke condenser. Di condenser, uap tersebut dikondensasikan menjadi air yang nantinya
dapat digunakan kembali sebagai sumber air pada proses firing system di boiler. Energi panas dari uap disetiap turbin
tersebut akan diubah menjadi energi mekanik untuk menggerakkan generator.
Generator mengubah energi mekanik yang
berasal dari turbin untuk diubah menjadi energi listrik yang nantinya akan
dialirkan terlebih dahulu menuju travo step-up untuk dikuatkan tegangan
keluarannya, sebelum akhirnya didistribusikan kepada konsumen.
4. Siklus Flue
gas
Proses pembakaran tentu saja
menghasilkan gas buang (flue gas). Flue gas yang dihasilkan dari proses
pembakaran mengandung debu (dust), CO2 dan SO2. Gas buang ini dialirkan menuju electrostatic precipitator (EP), disini fly ash akan mengalami penyaringan
secara electrostatic dimana partikel negatif yang diapncarkan oleh discharge
electrode dari fly ash akan
tertangkap oleh katoda yang berasal dari EP. Katoda tersebut terletak di plat
EP. Debu yang tersaring akan dijatuhkan ke bawah dengan cara dipukul oleh rapping hammer. Debu jatuh ke drag conveyor lalu dibuang ke ash disposal dengan diangkut oleh dump truck. Berikutnya, flue gas hasill keluaran EP yang masih
mengandung SO2 dan CO2 akan dialirkan menuju Flue Gas Desulfurization (FGD), dengan bantuan Induced Draft Fan
(IDF). Di dalam FGD dilakukan penyemprotan air laut kepada flue gas untuk mengurangi
tingkat sulfur pada gas sebelum nantinya akan dibuang ke udara bebas. Untuk
menghindari adanya air laut yang akan melewati stack maka dibagian paling
atas dari FGD, terdapat mist eliminator.
Gas buang yang hanya menyisakan CO2 dan sedikit SO2 ini akan dikeluarkan ke udara bebas dengan terlebih dahulu melewati stack, dimana stack dibuat sangat tinggi agar flue
gas yang keluar tidak mencemari
wilayah pemukiman sekitar pabrik.
Comments
Post a Comment