optimasi energi surya
RADIASI ENERGI SURYA
2.1. PENDAHULUAN
Beberapa fakta tentang matahari
(surya), matahari mempumyai diameter 1,39 x 109m. bumi mengelilingi
matahari dengan lintasan berbentuk elips dan matahari berada pada salah satu
pusatnya. Jarak rata rata matahari dari pemukaan bumi adalah 1,495 x 1011m.
waktu tempuh sinar matahari sampai ke permukaan bumi sekitar 8 menit 20 detik.
Dari gambar dibawah menunjukan hubungan antara matahari dan bumi.


Gon
= Gsc (1)
Sementara Gsc
= 1367 W/m2 adalah konstanta surya.
Untuk yang lebih teliti dapat digunakan persamaan yang di
ajukan oleh spencer (1971):
Gon
= Gsc (1,00011 + 0,034221cosB + 0,00128sinB + 0,0007192B +
0,000077sin2B) (2)
Dimana B
dirumuskan dengan:
B = ( n – 1)
(3)

2.2. Definisi – definisi
Beberapa istilah berikut akan di
jumpai selama pembhasan.
a. Air mass, m
Adalah perbandingan massa udara
sampai ke permukaan bumi pada posisi tertentu dengan massa udara yang di lalui
sinar jika matahari tetap pada posisi zenith. Artinya pada posisi tegak lurus
(zenith=0) nilai m = 1, pada posisi zenith
60, m = 2 pada posisi zenith dari
0 -700, dirumuskan:
m = (4)
b. Beam radiation
Radiasi energi dari matahari yang tidak dibelokan oleh atmosfer. Istilah
ini sering juga disebut radiasi langsung (direct
solar radiation).
c. Diffuse radiation
Radiasi energy surya dari matahari yang telah dibelokan oleh atmosfer.
d. Total radiation
Dalah jumlah beam dan diffuse radiation.
e. Irradiance (W/m2)
Adalah laju energy radiasi yang diterima suatu permukaan persatuan luas
permukaan tersebut. Solar irradiance biasanya disimbolkan G. dalam bahasa
Indonesia besaran ini biasanya di sebut dengan intensitas radiasi.
f.
Irradiation
atau radian exposure (J/m2)
Jumlah energy radiasi (bukan laju) yang diterima suatu permukaan dalam
interval waktu tertentu. Besaran ini dengan mengintegralkan G pada interval
waktu yang diinginkan, misalnya untuk 1 hari disimbolkan H dan untuk 1 jam
biasanya disimbolkan I.
g. Solar time atau jam matahari
Adalah waktu berdasarkan pergerakan semu matahari di langit pada tempat
tertentu. Jam matahari disimbolkan ST berbeda dengan penunjukan jam biasa
(standart time, disimbolkan STD ) Hubunhannya adalah:
ST = STD ±4(Lst-Lioc) + E (5)
Pada persamaan ini Lst standard meridian untuk waktu local. Lioc
adalah derajat bujur daerah yang sedang dihitung, juka daerah yang dihitung ada
pada bujur timur, maka gunakan tanda minus di depan angka4 dan jika bujur brat
adalah tanda plus.
E adalah equation of time,
dalam satuan menit dirumuskan oleh spencer (1971):
E = 229,2(0,000075 = 0,001868cosB -
0,032077sinB – 0,014615cos2B – 0,04089sin2B (6)
Parameter B dihitung dengan menggunakan persamaan (3)
Contoh 1:
Sebuah kota pada posisi 89,40BB dan derajat waktu standardnya
adalah 900BB sedang menunujukan pada pukul 10:33. Tentukan jam
matahari saat itu pada tangga 3 februari.
Penyelesaian:
Pada tanggal 3 februari n=34. Dengan menggunanakan persamaan (3) didapat B = 32,540. Dengan
persamaan (6) didapat E = -13,5 menit. Maka waktu mataharinya adalah:
ST = 10:30 + 4(90 – 89, 4) – 13,5 = 10:19
2.3. Arah Radiasi
Karena garis edar semu matahari di
angkasa cukup kompleks, maka akan dikenal beberapa sudut untuk
mendefinisikannya. Beberapa sudut akan didefinisikan pada gambar di bawah ini
Slopeβ adalah sudut antara permukaan yang dianalisis dengan
horizontal. Nilai 0 ≤ β ≤ 900
. sudut azimuth permukaan y adalah
sudut penyimpangan sinar pada bidang proyeksi diamana 00 pada
selatan dan positif ke barat. Sudut penyinaran 𝞠 (angle
accident) adalah sudut yang dibentuk garis sinar terhadap garis zenith.
Sudut ketinggian matahari αs (solar
altitude angel) adalah sudut antara sinar dengan permukaan. Sudut azimuth
matahari ys adalah sudut proyeksi matahari terhadap selatan, ke
timur adalah negatif dank e barat adalah positif.
Sudut
lain sering digunakan dalam menentukan jumlah radiasi yang dapat diterima oleh
sebuah permukaan bumi antara lain sudut deklinasi δ, yaitu kemiringan sumbu
terhadap garis, perhitungan berdasarkan jam (ST), setiap berkurang 1 jam, ω
berkurang 150 dan setiap bertambah
1 jam, ω bertambah 150. Artinya tepat pukul 12.00 siang, ω = 0,
pukul 11.00 pagi ω=- 150 menit dan pukul 14.00, ω=300.

δ
= (7)
spencer
(1971) mengajukan persamaan yang lebih teliti:
δ = c1 + c2 cos B + c3 sin B
+ c4 cos2B + c5 sin2B + c6 cos 3B + c7
sin3B (8)
dimana c1=0,006918,
c2=-0,399912, c3=0,070257,c4=-0,006758,c5=0,00907,
c6=-0,002679,c7=0,00148. B dihitung dengan menggunakan persamaa
(3) dan n adalah urutan hari pada satu tahun.
Berdasarkan
bulan yang diketahui ditampilkan pada table
Bulan
|
Niali n
pada hari
Yang ke
- i
|
Januari
|
I
|
Februari
|
31+i
|
Maret
|
59+i
|
April
|
90+i
|
Mei
|
120+i
|
Juni
|
151+i
|
Juli
|
181+i
|
Agustus
|
212+i
|
September
|
243+i
|
Oktober
|
273+i
|
November
|
304+i
|
desember
|
334+i
|
Karena jarak matahari – bumi ,
persamaan waktu (E), dan sudut deklinasi bervariasi terus, maka sudut jatuhnya
sinar pada suatu permukaan akan bervariasi. Persamaan yang diajukan oleh
Beckman (1991) dapat digunakan menghitung besar sudut ini:
Cos 𝞠 = sin δ Ø sin β – sin β cos Ø cos y + cos δ cos Ø cos β
cos ω + cosδ sin Ø sin β cos y cos ω + cos δ sin β sin y sin ω (9)
Atau
Cos 𝞠 = cos 𝞠z cos β + sin 𝞠z
sin β cos(ys – y) (10)
Kedua
persamaan ini berlaku umum, dimana semua sudut di perhitungkan. Ada beberapa
kasus yang umum dipakai dalam perhitungan sudut penyinaran, misalnya jikia
suatu permukaan tepat diletakan pda garis utara-selatan, hal ini umum dilakukan
saat menempatkan sebuah solar kolektor. Pada ksus ini sudut azimuth akan
benilai nol y=0 atau y=90. Padsa permukaan vertical (β=900),
persamaan (9) menjadi:
Cos 𝞠 = -sinδ cos Ø cos y + cos δ sin Ø cos y cos ω
+ cos δ sin y sin ω (11)
Pada permukaan datar (β = 00),
persamaan (9) menjadi:
Cos 𝞠z
= cos Ø cos δ cos ω + sin Ø sin δ (12)

Ys = sign (ω) │cos -1 │ (13)
Comments
Post a Comment